Engkau sudah tahu bahwa ini meja dan itu kursi. Tetapi
engkau pasti juga memahami bahwa sebutan meja dan kursi itu tidak berlaku bagi
orang lain di luar lingkaran perjanjian kelompokmu. Dan yang paling pasti nama
meja dan kursi itu tidak berlaku bagi meja dan kursi itu sendiri.
Apakah engkau tahu? Apa yang kau ketahui? Apakah engkau
benar-benar tahu? Seberapa kadar tahu-mu? Bagaimana menilai apakah engkau
benar-benar tahu atau sebenarnya yang kau pikir tahu itu ternyata tak tahu?
Kalau engkau merasa tahu, apakah itu juga berarti engkau yakin bahwa engkau
tahu?
Apakah bagi yang bukan dirimu engkau benar-benar tahu?
Ataukah diam-diam sebagian dirimu merasa tahu tetapi sebagian yang lain menuduh
sebenarnya engkau tahu? Tahukah engkau bahwa hubungan antara tahu dengan dirimu
ini bisa kita salami dan temukan detailnya, micro nanonya, sampai tak
terhingga?
Dari mana engkau tahu? Dari siapa engkau berubah dari tidak
tahu menjadi tahu? Apakah benar kau bisa percaya siapapun atau apapun yang
memberimu tahu? Apakah kau tahu tentang yang memberimu tahu sehingga kau yakini
tahu-mu itu sebagai sungguh-sungguh tahu? Bagaimana kalau tahu-mu itu hasil
dari kebohongan orang yang tahu tidak sebagaimana yang kau tahu? Atau tahu-mu
itu produk dari dusta orang yang memberimu tahu?
Ini pertanyaan bisa berkembang secara deret hitung dan bisa
membengkak secara deret ukur. Tahukah engkau bahwa tahu-mu bisa jadi merupakan
bagian yang paling rendah dan rentan dari tidak tahu-mu?
Engkau jangan omong seperti sahabat-sahabatmu yang kurang
pergaulan bahwa “kalimat-kalimat sangat filosofis…” Nanti malah timbul masalah
dan pertengkaran antara engkau dengan kata filsafat, filosofis, falsafi,
failasuf.
Baiklah engkau mendarat di bumi, memilih contoh yang
bersahaja. Engkau dikasih tahu oleh Gurumu tentang sesuatu. Apakah Gurumu itu
tahu karena dirinya sendiri atau ia juga dikasih tahu oleh Gurunya sebagaimana
ia mengasih-tahumu? Gurunya Gurumu itu dikasih tahu oleh siapa? Oleh Gurunya
juga?
Kalau nasab tahu-mu itu kita gambar, kau tahu dikasih tahu
oleh Gurumu yang dikasih tahu oleh Gurunya yang dikasih tahu oleh Gurunya, oleh
Gurunya, Gurunya, Gurunya, sampai berapa jauh dan panjang? Seberapa mungkin
terjadi distorsi, pembiasan, pembengkokan, penyelewengan bahkan pembalikan dari
tahu-nya Guru yang jauh di atas Gurumu itu dengan tahu-mu?
Itu baru soal tahu. Belum tahap paham, mengerti, bisa dan
mau hingga ikhlas. Engkau hidup di dalam dan bersama masyarakat dunia yang
sudah menggenggam pemahaman, sudah memiliki pengertian, sudah melatih kebisaan,
bahkan sudah sangat melakukan baik ikhlas atau tak ikhlas — namun sesungguhnya
masih belum selesai persoalannya dengan soal tahu.
Tentu saja hidup ini tidak menuntut sebegitu detail, jernih
dan mendalam atas apapun. Akan tetapi Engkau akan lebih terang benderang
menempuh masa depan apabila mengerti bahwa engkau semua ini merupakan bagian
dari hutan belantara ketidaktahuan dan hujan deras ketidakpahaman.
Baiklah Engkau ambil jalan pintas saja: engkau sedang
memasuki dunia maya?
Dari dunia yang engkau sendiri menyebutnya “maya” itulah
engkau mengambil “tahu” tentang segala sesuatu yang kau yakini tidak “maya”.
Apakah engkau tahu siapa yang memberimu tahu itu di dunia maya? Bagaimana
caramu meneliti bahwa yang memberimu tahu itu bisa engkau percaya untuk mengubahmu
dari tidak tahu ke tahu?
Mungkin sejumlah data teknis yang kasat mata dan bisa
diverifikasi secara wadag dan akademis, tidak sedemikian besar bahayanya
bagimu. Tetapi niat di balik penyebaran data itu, pamrih, kepentingan,
subversi, provokasi dan berbagai kemungkinan politik dan penguasaan, di
belakang sesuatu yang engkau yakini bahwa engkau tahu itu — seberapa tahukah
engkau?
Engkau masuk dan bangga menjadi bagian dari semesta maya.
Apakah di dalamnya engkau subyek ataukah obyek? Apakah tahu-mu dari dunia maya
itu berposisi jernih sebagai pengetahuan itu sendiri, ataukah merupakan bagian
dari suatu susunan irama informasi yang di terminal tertentu nanti engkau baru
tahu bahwa engkau sedang dijebak?
Engkau bangga karena engkau merasa menjadi pelaku Era
Informasi dan Komunikasi? Apakah engkau berposisi sebagai pengambil keputusan
tentang nilai-nilai yang disebarkan? Ataukah engkau adalah narapidana yang
dikurung di dalam sel-sel yang sebenarnya tertutup, tapi seolah-oleh penuh
keterbukaan oleh penyebaran nilai-nilai?
Engkau merasa sebagai bagian dari suatu pergaulan global
internasional, padahal menu makanan minuman informasi yang tersedia di sel-sel
penjaramu direncanakan dengan seksama, strategis dan terukur, dan engkau
mengenyamnya dengan lahap dan penuh kebanggaan?
Ataukah engkau sebenarnya adalah pasien yang dipersilahkan
minum “pil” sehari sepuluh kali, yang engkau tak benar-benar mengerti apakah
yang engkau minum itu alat penyembuhan ataukah racun yang membunuh sejumlah
faktor mendasar dari otak, akal dan jiwamu?
Kalau data dan fakta tentang labirin dan detail ini itu di
dunia, sepanjang engkau memegang metodologi selengkapnya untuk memverifikasi,
memfilter dan menemukan tetesan esensial dan substansialnya, tentu sangat
berguna. Tetapi bagaimana kalau yang kau makan dan minum di sel-sel itu
diam-diam menanamkan nilai ke dalam mesin berpikirmu? Ke jalannya darah
nilai-nilai kehidupanmu?
Merasukkan benih-benih baru ke tanah dan akar kejiwaanmu?
Atau minimal mengikis pepohonan nilai yang seharusnya jangan sampai terkikis,
dan menumbuhkan tanaman prinsip dan pola pandangan yang semestinya jangan
sampai tumbuh kalau engkau ingin tidak terjebak oleh kehancuran di hari esokmu?
Bukankah engkau sedang disandera di tengah kegelapan hutan
belantara dan diguyur oleh hujan sangat deras yang engkau kewalahan untuk tahu?
Apalagi paham? Apalagi mengerti? Apalagi bisa atau mampu mengantisipasinya?
Apalagi ikhlas untuk sepanjang hidup memperjuangkannya?
Jika Engkau dikepung oleh kegelapan, engkau harus berlatih
membangkitkan cahaya dari dirimu sendiri. Jika ditindih oleh kepalsuan, engkau
tak berhenti mendekatkan diri agar disahabati oleh Yang Sejati. Jika terbuntu
langkah dan tak berdaya, engkau tidak pernah memisahkan diri dari Yang Maha
Pembuka dan Maha Berdaya.
0 komentar:
Posting Komentar