SeTETES AIR: Diri Secara Zahiriyah

Minggu, 02 Maret 2014

Diri Secara Zahiriyah

Hakikat Diri Secara Zahiriyah – Sebagaimana yang sudah kita fahami bersama, bahwa awal penciptaan manusia secara syariat terjadi atas empat kejadian yaitu dimulai dari penciptaan Nabi Adam AS yang diciptakan Allah dari tanah tanpa ayah dan ibu, penciptaan Siti Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam AS, penciptaan Nabi Isa AS yang diciptakan hanya dari seorang Ibu yang bernama Siti Maryam tanpa seorang ayah atau hanya dari seorang perempuan saja dan selain itu setiap manusia yang lain diciptakan melalui proses perkawinan atau percampuran antara laki–laki atau ayah dan perempuan atau ibu.

“ Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia ( Adam ) dari tanah liat kering ( yang berasal ) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” ( QS : 015 : Al – Hijr : Ayat : 27 ).

“ Sesungguhnya misal ( penciptaan ) Isa di sisi Allah, adalah seperti ( penciptaan ) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” ( seorang manusia ), maka jadilah dia.” ( QS : 003 : Ali Imran Nisaa : Ayat : 59 ).

Selanjutnya, dalam terminologi Tasawuf kompunen penyusun tubuh zahir manusia tidak difahami hanya dari unsur tanah semata tetapi hakikatnya meliputi usur api, angin, air dan unsur tanah itu sendiri yang merupakan satu kesatuan yang utuh dengan karakter masing–masing.
  • Api adalah usur dari komponen pembentuk darah,
  • Angin yang merupakan unsur komponen pembentuk urat atau nadi,
  • Air sebagai unsur komponen pembentuk tulang,
  • Tanah sebagai unsur komponen pembentuk daging dan kulit.
Api, angin, air, tanah, yang merupakan komponen pembentuk darah urat atau nadi, tulang, daging dan kulit hanyalah pembungkus hati, jantung, paru–paru dan buah punggung atau ginjal semata.

Dalam batas ini, difahami bahwa tubuh manusia tak lebih dari mayat yang terbujur. Walau punya kulit, kulit tidak bisa merasa, berdarah tapi tak mengalir, bertulang tapi tak kuasa menopang tubuh, punya urat dan nadi tapi tak punya kekuatan dan pada saat itu, manusia bukalah apa–apa dan bukan pula siap–siap . Manusia hanyalah selembar kulit pembungkus daging, pembungkus urat dan pembungkus tulang yang berisi hati, jantung, paru–paru dan ginjal.

Jadi hakikat dari darah yang terbentuk dari api itu adalah tempat ter-ujudnya sifat Allah yang bernama ‘Azim, sehingga bukan darah melainkan sifat Allah yang bernama ‘Azim. Ketika terlahirnya sifat Allah yang bernama ‘Azim pada darah, saat itu darah bernama ‘Azimun dan pemahamannya adalah “ Bukan darah aku melainkan ‘Azimun semata–mata “.

Hakikat urat atau nadi yang terbentuk dari angin adalah tempat ter-ujudnya sifat Allah yang benama Qawi, sehingga bukan urat nadi melainkan sifat Allah yang bernama Qawi. Ketika terlahir sifat Allah yang bernama Qawi pada urat dan nadi, saat itu urat dan nadi benama Qawiyun dan pemahamannya adalah “ Bukan urat dan nadi aku melainkan Qawiyun  semata–mata “.

Hakikat tulang terbentuk dari air adalah tempat terujudnya sifat Allah yang bernama Mahuyi, sehingga bukan tulang melainkan sifat Allah yang bernama Mahuyi. Ketika terlahir sifat Allah yang bernama Mahuyi pada tulang, saat itu tulang benama Mahuyi dan pemahamannya adalah “ Bukan tulang aku melainkan Mahuyi semata–mata “.

Hakikat kulit dan dagng terbentuk dari tanah adalah tempat terujudnya sifat Allah yang benama Hakim, sehingga bukan kulit dan daging melainkan sifat Allah yang bernama Hakim. Ketika terlahir sifat Allah yang bernama Hakim pada kulit dan daging, saat itu kulit dan daging benama Hakimun dan pemahamannya adalah “ Bukan kulit dan daging aku melainkan Hakimun semata–mata “.

Melalui pemahaman tersebut, maka zahirnya tubuh kita itu sesungguhnya bukanlah Api, Angin, Air dan Tanah melainkan tempat terlahirnya sifat Allah di alam batang tubuh kita dengan pemahaman ;
  • Zahirnya aku adalah Api, Angin, Air, Tanah
  • Hakikatnya aku adalah ‘Azim, Qawi, Mahuyi, Hakim
  • Bukan aku  ‘Azim, Qawi, Mahuyi, Hakim melainkan ‘Azimun, Qawiyun, Mahuyi, Hakimun
  • Bukan aku ‘Azimun, Qawiyun, Mahuyi, Hakimun melainkan nyatanya atau zahirnya sifat–sifat  Allah dan Tidak ada sesuatu jua pun dalam alam batang tubuh aku melain Allah semata–mata.
Tentunya kajian ini tidak terlalu mudah untuk dipahami bila hanya membaca bagian artikel ini saja, sementara artikel “ Hakikat Diri Secara Zahiriyah ”. ini baru merupakan satu bagian dari kajian tentang hakikat diri secara zahir atau jasmani saja ( belum termasuk hakikat diri bathiniyah atau diri rohani menuju Diri Yang Hakiki ).

Selanjutnya, sebelum membahas kajian tentang hakikat hati, jantung, paru–paru dan ginjal  dalam batang tubuh kita sebagai kelanjutan dari “ Hakikat Diri Secara Zahiriyah ”  dan bagaimana posisi dan kedudukan Sifat Tuhan tersebut dalam diri kita serta aplikasinya dalam zikir dan ritual ibadah, sebaiknya kita semua sudah dapat memahami dan menjawab secara benar pertanyaan “ Dari mana dan bagaimana masuknya sifat–sifat Allah tersebut dalam alam batang tubuh kita itu ? “.

0 komentar:

Posting Komentar